Selasa, 14 Desember 2010

Hancurnya Pendidikan Moral

Seorang ayah menyekolahkan anaknya yang masih berumur 5 tahun di sebuah lembaga pendidikan formal. Lembaga yang mempunyai visi misi menjadikan anak didiknya berakhlakul karimah. Tujuan sang ayah menyekolahkan anaknya agar menjadi anak yang baik dan berbakti pada orang tua. Akan tetapi setelah sang anak tumbuh dewasa, dia suka memarahi sang ayah karena tidak mampu mewujudkan keinginan anak.

Cerita di atas merupakan pengalaman hidup dari seorang ayah yang mendapatkan perlakuan tidak baik dari anaknya sendiri. Pengalaman tersebut juga sering kita jumpai. Bahkan kita sendiri secara tidak sadar juga pernah melakukan seperti itu. Belum lagi kita sering mendengar dan melihat dalam berita di televisi, seorang anak membunuh orang tuanya sendiri. Yang disebabkan orang tua tidak mampu memberikan apa yang diinginkan anak. Sungguh tidak manusiawi lagi.
Seiring perkembangan zaman, semakin canggihnya teknologi, tindakan-tindakan amoral juga tak terhingga banyaknya. Kita lihat saja, banyak pelajar/mahasiswa yang menyalahgunakan teknologi seperti internet, handphone dll. Terkadang juga kesempatan luang seorang pelajar/mahasiswa dimanfaatkan untuk berdua-duaan yang mungkin biza menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan.

Sungguh memprihatinkan hidup zaman sekarang. Mengapa itu terjadi di bangsa kita.....?

Seperti itukah sikap pelajar/pemuda di bangsa kita...?
Tindakan amoral tidak hanya terjadi pada pelajar/mahasiswa saja. Setiap orang bisa dikatakan telah bertindak amoral jika orang tersebut melakukan sesuatu yang melanggar norma pemerintah dan agama. Seorang pejabat/orang yang berintelektual tinggi bisa saja terjerat ke penjara karena kasus korupsi. Indonesia merupakan negara korup nomor 2. Padahal penduduknya mayoritas beragama muslim. Dan Islam pun mengharamkan perbuatan tersebut.

Kenapa masih juga banyak yang melakukan?
Sekarang kita analisis, kasus-kasus seperti diatas terjadi merupakan salah satu akibat lemahnya pendidikan moral yang diberikan kepada mereka. Bukankah mereka orang-orang yang pintar dan cerdas? Orang yang berpendidikan dari segi akademisnya? Yang menjadi masalahnya disini adalah pendidikan moralnya yang sangat minim. Sehingga mereka berani melakukan seperti itu.

Kalau kita bandingkan pendidikan Indonesia dengan Singapura jauh sekali tertinggal. Dalam standar kelulusan UAN tingkat SMA di Singapura 8, sedangkan di Indonesia 5,5. Singapura sangat maju, intelijensinya terus berkembang dan nilai moralnya tidak luntur sama sekali. Kuncinya yaitu pendidikan sikap dan moral.

Baik buruknya suatu bangsa dilihat dari kondisi pemudanya. Jika pemudanya baik maka baiklah kondisi tersebut. Begitu sebaliknya, jika para pemudanya rusak, maka rusak pula bangsa tersebut. Karena di tangan pemudalah kunci perbaikan suatu bangsa. Dialah yang akan meneruskan perjuangan generasi terdahulu.

Usia remaja merupakan masa perkembangan sikap ketergantungan terhadap ortu ke arah kemandirian dan perkembangan orang yang sedang mencari jati diri, dalam pencarian itu kebanyakan mereka dapatkan dari lingkungan, interaksi dengan masyarakat. Kita coba tinjau bagaimana moral para pelajar/mahasiswa di Indonesia yang hancur. Seperti sekarang yang sedang hotnya berita tentang Aril dan Luna, artis yang sudah berbuat amoral. Dengan menyebarkan video porno. Itu berdampak pada para pelajar/pun mahasiswa. Mereka selalu penasaran untuk menonton filmnya. Dan dengan perkembangan teknologi seperti internet, mereka bisa saja dengan mudah mendownlod rekaman tersebut. Dan masih banyak lagi tindakan-tindakan amoral lainnya.

Dari sinilah kita bisa menilai bagaimana pendidikan moral di negara kita buruk sekali dan sangat memprihatinkan. Kita sebagai penerus bangsa seharusnya sadar diri dengan keadaan seperti ini. Akan diterus-teruskan kah keadaan seperti ini? Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai penerus bangsa?

Kita mulai dari pribadi kita masing-masing. Kita telah mendapatakan ilmu agama dan PPKN di bangku sekolah, itu bisa digunakan untuk membentengi diri kita. Selama ini ilmu tersebut hanya digunakan sebagai formalitas saja. Maka sekarang kita aplikasikan dalam kehidupan.

Lembaga pendidikan juga berperan aktif dalam hal ini yaitu mencetak generasi yang benar-benar mampu mengemban amanah bangsa dan mampu menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi. Hendaknya penididikan di arahkan untuk meningkatkan kwalitas ke ilmuan, skill, dan moral anak. Tetapi yang menjadi prioritas utama yaitu pembentukan moral. Dalam artian bahwa beberapa aspek pendidikan yang lain tidak boleh ditinggalkan, sebab aspek satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

Dalam usia belia, yaitu masa dimana karakteristik anak terbentuk. Maka di sinilah peran orang tua mendukung dalam pendidikan moral. Orang tua juga tetap mengontrol anaknya dimanapun berada. Dan tak luput juga dari campur tangan masyarakat untuk mewujudkan remaja yang berakhlakul karimah.

“Jangan biarkan dunia ini hancur karena perbuatan kalian. Ingat, tanggung jawab kita di dunia.”

( Hidayatul Mustafidah )
Mahasiswa tarbiyah semester II INISNU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hancurnya Pendidikan Moral

Seorang ayah menyekolahkan anaknya yang masih berumur 5 tahun di sebuah lembaga pendidikan formal. Lembaga yang mempunyai visi misi menjadikan anak didiknya berakhlakul karimah. Tujuan sang ayah menyekolahkan anaknya agar menjadi anak yang baik dan berbakti pada orang tua. Akan tetapi setelah sang anak tumbuh dewasa, dia suka memarahi sang ayah karena tidak mampu mewujudkan keinginan anak.

Cerita di atas merupakan pengalaman hidup dari seorang ayah yang mendapatkan perlakuan tidak baik dari anaknya sendiri. Pengalaman tersebut juga sering kita jumpai. Bahkan kita sendiri secara tidak sadar juga pernah melakukan seperti itu. Belum lagi kita sering mendengar dan melihat dalam berita di televisi, seorang anak membunuh orang tuanya sendiri. Yang disebabkan orang tua tidak mampu memberikan apa yang diinginkan anak. Sungguh tidak manusiawi lagi.
Seiring perkembangan zaman, semakin canggihnya teknologi, tindakan-tindakan amoral juga tak terhingga banyaknya. Kita lihat saja, banyak pelajar/mahasiswa yang menyalahgunakan teknologi seperti internet, handphone dll. Terkadang juga kesempatan luang seorang pelajar/mahasiswa dimanfaatkan untuk berdua-duaan yang mungkin biza menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan.

Sungguh memprihatinkan hidup zaman sekarang. Mengapa itu terjadi di bangsa kita.....?

Seperti itukah sikap pelajar/pemuda di bangsa kita...?
Tindakan amoral tidak hanya terjadi pada pelajar/mahasiswa saja. Setiap orang bisa dikatakan telah bertindak amoral jika orang tersebut melakukan sesuatu yang melanggar norma pemerintah dan agama. Seorang pejabat/orang yang berintelektual tinggi bisa saja terjerat ke penjara karena kasus korupsi. Indonesia merupakan negara korup nomor 2. Padahal penduduknya mayoritas beragama muslim. Dan Islam pun mengharamkan perbuatan tersebut.

Kenapa masih juga banyak yang melakukan?
Sekarang kita analisis, kasus-kasus seperti diatas terjadi merupakan salah satu akibat lemahnya pendidikan moral yang diberikan kepada mereka. Bukankah mereka orang-orang yang pintar dan cerdas? Orang yang berpendidikan dari segi akademisnya? Yang menjadi masalahnya disini adalah pendidikan moralnya yang sangat minim. Sehingga mereka berani melakukan seperti itu.

Kalau kita bandingkan pendidikan Indonesia dengan Singapura jauh sekali tertinggal. Dalam standar kelulusan UAN tingkat SMA di Singapura 8, sedangkan di Indonesia 5,5. Singapura sangat maju, intelijensinya terus berkembang dan nilai moralnya tidak luntur sama sekali. Kuncinya yaitu pendidikan sikap dan moral.

Baik buruknya suatu bangsa dilihat dari kondisi pemudanya. Jika pemudanya baik maka baiklah kondisi tersebut. Begitu sebaliknya, jika para pemudanya rusak, maka rusak pula bangsa tersebut. Karena di tangan pemudalah kunci perbaikan suatu bangsa. Dialah yang akan meneruskan perjuangan generasi terdahulu.

Usia remaja merupakan masa perkembangan sikap ketergantungan terhadap ortu ke arah kemandirian dan perkembangan orang yang sedang mencari jati diri, dalam pencarian itu kebanyakan mereka dapatkan dari lingkungan, interaksi dengan masyarakat. Kita coba tinjau bagaimana moral para pelajar/mahasiswa di Indonesia yang hancur. Seperti sekarang yang sedang hotnya berita tentang Aril dan Luna, artis yang sudah berbuat amoral. Dengan menyebarkan video porno. Itu berdampak pada para pelajar/pun mahasiswa. Mereka selalu penasaran untuk menonton filmnya. Dan dengan perkembangan teknologi seperti internet, mereka bisa saja dengan mudah mendownlod rekaman tersebut. Dan masih banyak lagi tindakan-tindakan amoral lainnya.

Dari sinilah kita bisa menilai bagaimana pendidikan moral di negara kita buruk sekali dan sangat memprihatinkan. Kita sebagai penerus bangsa seharusnya sadar diri dengan keadaan seperti ini. Akan diterus-teruskan kah keadaan seperti ini? Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai penerus bangsa?

Kita mulai dari pribadi kita masing-masing. Kita telah mendapatakan ilmu agama dan PPKN di bangku sekolah, itu bisa digunakan untuk membentengi diri kita. Selama ini ilmu tersebut hanya digunakan sebagai formalitas saja. Maka sekarang kita aplikasikan dalam kehidupan.

Lembaga pendidikan juga berperan aktif dalam hal ini yaitu mencetak generasi yang benar-benar mampu mengemban amanah bangsa dan mampu menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi. Hendaknya penididikan di arahkan untuk meningkatkan kwalitas ke ilmuan, skill, dan moral anak. Tetapi yang menjadi prioritas utama yaitu pembentukan moral. Dalam artian bahwa beberapa aspek pendidikan yang lain tidak boleh ditinggalkan, sebab aspek satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

Dalam usia belia, yaitu masa dimana karakteristik anak terbentuk. Maka di sinilah peran orang tua mendukung dalam pendidikan moral. Orang tua juga tetap mengontrol anaknya dimanapun berada. Dan tak luput juga dari campur tangan masyarakat untuk mewujudkan remaja yang berakhlakul karimah.

“Jangan biarkan dunia ini hancur karena perbuatan kalian. Ingat, tanggung jawab kita di dunia.”

( Hidayatul Mustafidah )
Mahasiswa tarbiyah semester II INISNU.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011 Eibece | High CTR Blogspot Themes designed by Ali Munandar | Powered by Blogger.Com.