Selasa, 14 Desember 2010

Aliran sesat dan Gejolak Globalisasi

Fenomena aliran sesat yang belakangan ini muncul bersamaan dalam waktu yang singkat menjadi catatan penting dalam laju perkembangan maupun penurunan nilai-nilai agama di peradaban informasi dewasa ini. Secara serentak, aliran sesat bermunculan di negara kita. Tak usah jauh-jauh, aliran sesatpun muncul di Kudus dan Pati, kesemuanya mengatasnamakan dirinya sebagai juru selamat yang nantinya akan membawa manusia pada jalan kebenaran, keselamatan dan surga.

Di Kudus, aliran sesat muncul dengan nama Sabdo Kusumo. Sang pemimpin mengaku keturunan dari Sunan Gunung Jati dan juga mengatasnamakan nabi, sekaligus rasul akhir zaman. Puncaknya ia mengubah syahadat dengan mengganti Nabi Muhammad dengan namanya. Aliran ini sempat sangat menghebohkan masyarakat khususnya di kota Kudus dan sekitarnya, karena mencuat kabar kalau aliran itu muncul di jantung religius masyarakat Kudus, yakni komplek menara Kudus, tepatnya di desa Kauman. Keberadaannya menjadikan pesona Menara Kudus ternoda.

Sedangkan di Pati, muncul di daerah Sokopuluhan, Puncak Wangi dengan nama A’maliyah. Aliran itu diduga sesat karena mengajarkan hal-hal diluar ketentuan Islam. Aliran sesat lain yang muncul di negara kita Indonesia telah lama terjadi. Mulai dari yang sangat menghebohkan, pada waktu itu media sering memberitakan kabarnya yaitu mulai Kerajaan Langit Lia Eden sampai yang paling singkat dan langsung bertaubat, Ahmad Mushadeq.
Aliran sesat Lia Aminuddin mengaku bahwa dirinya bersama malaikat Jibril dan Nabi Isa datang kebumi menyelamatkan manusia dari kesesatan. Dia juga merasa dan mengaku mendapat ilham ataupun wahyu sebagaimana nabi-nabi dahulu.

Gejolak Globalisasi
Salah satu alasan yang mendasar munculnya aliran-aliran sesat adalah imbas dari gejolak globalisasi. Globalisasi yang menyimpan gejolak kemunculan kembali nilai-nilai kehidupan. Pada titik ini munculnya aliran-aliran sesat adalah sebagai basis penguatan nilai-nilai kehidupan. Disisi lain aliran sesat juga sebagai “pelarian” dari agama resmi yang dinilai tidak bisa menyelesaikan masalah.

Agama di nilai tidak menjalankan fungsinya sebagai the way of life. Permasalahan umat terbesar dan pelik adalah soal ekonomi yang tentunya dianggap tidak dijawab oleh agama. Aliran sesat yang muncul tak lepas dari kegelisahan kondisi ekonomi. Ekonomi dalam kehidupan globalisasi ini menjadi jantung kehidupan dan ketentraman. Sehingga orang dengan tergesa-gesa ingin memiliki harta “ekonomi” dan berbagai jenis dan macam cara pun ditempuh, mulai dengan tindak kriminal sampai dengan janji-janji yang diumbar.

Pengokohan ekonomi umat dalam agama merupakan jalan terbaik dan solutif mengatasi aliran sesat. Aliran sesat yang saat ini beterbaran dan tidak menutup kemungkinan akan muncul lagi adalah bagian dari kehidupan agama kita. Sikap sosial yang minim dan mengakarnya individualistis dalam kehidupan modern ini membuat sebagian orang yang kondisi ekonominya rendah mencari jalan alternatif yang lebih menjanjikan, guna memperoleh ketentraman batin.
Pemenuhan aspek ekonomi ini mengandalkan adanya sikap sosial yang tinggi dari umat beragama. Sikap individualistik harus di kikis habis dan rasa persaudaraan harus digelorakan. Umat Islam harus melakukan dialog intersubjektifitas, yakni dengan mendatangi secara jiwa dan raga umat lain yang berada pada garis kekhawatiran dalam beragama. Selain itu, cara pemahaman dan penguatan nilai-nilai Islam yang sebenarnya harus ditingkatkan agar pemahaman, anggapan dan penilaian yang kurang tepat atau salah dapat di kikis secara perlahan. Di titik inilah peran intelektual Islam khususnya dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah menjadi sangat penting. ( Wahyu Dakwah )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aliran sesat dan Gejolak Globalisasi

Fenomena aliran sesat yang belakangan ini muncul bersamaan dalam waktu yang singkat menjadi catatan penting dalam laju perkembangan maupun penurunan nilai-nilai agama di peradaban informasi dewasa ini. Secara serentak, aliran sesat bermunculan di negara kita. Tak usah jauh-jauh, aliran sesatpun muncul di Kudus dan Pati, kesemuanya mengatasnamakan dirinya sebagai juru selamat yang nantinya akan membawa manusia pada jalan kebenaran, keselamatan dan surga.

Di Kudus, aliran sesat muncul dengan nama Sabdo Kusumo. Sang pemimpin mengaku keturunan dari Sunan Gunung Jati dan juga mengatasnamakan nabi, sekaligus rasul akhir zaman. Puncaknya ia mengubah syahadat dengan mengganti Nabi Muhammad dengan namanya. Aliran ini sempat sangat menghebohkan masyarakat khususnya di kota Kudus dan sekitarnya, karena mencuat kabar kalau aliran itu muncul di jantung religius masyarakat Kudus, yakni komplek menara Kudus, tepatnya di desa Kauman. Keberadaannya menjadikan pesona Menara Kudus ternoda.

Sedangkan di Pati, muncul di daerah Sokopuluhan, Puncak Wangi dengan nama A’maliyah. Aliran itu diduga sesat karena mengajarkan hal-hal diluar ketentuan Islam. Aliran sesat lain yang muncul di negara kita Indonesia telah lama terjadi. Mulai dari yang sangat menghebohkan, pada waktu itu media sering memberitakan kabarnya yaitu mulai Kerajaan Langit Lia Eden sampai yang paling singkat dan langsung bertaubat, Ahmad Mushadeq.
Aliran sesat Lia Aminuddin mengaku bahwa dirinya bersama malaikat Jibril dan Nabi Isa datang kebumi menyelamatkan manusia dari kesesatan. Dia juga merasa dan mengaku mendapat ilham ataupun wahyu sebagaimana nabi-nabi dahulu.

Gejolak Globalisasi
Salah satu alasan yang mendasar munculnya aliran-aliran sesat adalah imbas dari gejolak globalisasi. Globalisasi yang menyimpan gejolak kemunculan kembali nilai-nilai kehidupan. Pada titik ini munculnya aliran-aliran sesat adalah sebagai basis penguatan nilai-nilai kehidupan. Disisi lain aliran sesat juga sebagai “pelarian” dari agama resmi yang dinilai tidak bisa menyelesaikan masalah.

Agama di nilai tidak menjalankan fungsinya sebagai the way of life. Permasalahan umat terbesar dan pelik adalah soal ekonomi yang tentunya dianggap tidak dijawab oleh agama. Aliran sesat yang muncul tak lepas dari kegelisahan kondisi ekonomi. Ekonomi dalam kehidupan globalisasi ini menjadi jantung kehidupan dan ketentraman. Sehingga orang dengan tergesa-gesa ingin memiliki harta “ekonomi” dan berbagai jenis dan macam cara pun ditempuh, mulai dengan tindak kriminal sampai dengan janji-janji yang diumbar.

Pengokohan ekonomi umat dalam agama merupakan jalan terbaik dan solutif mengatasi aliran sesat. Aliran sesat yang saat ini beterbaran dan tidak menutup kemungkinan akan muncul lagi adalah bagian dari kehidupan agama kita. Sikap sosial yang minim dan mengakarnya individualistis dalam kehidupan modern ini membuat sebagian orang yang kondisi ekonominya rendah mencari jalan alternatif yang lebih menjanjikan, guna memperoleh ketentraman batin.
Pemenuhan aspek ekonomi ini mengandalkan adanya sikap sosial yang tinggi dari umat beragama. Sikap individualistik harus di kikis habis dan rasa persaudaraan harus digelorakan. Umat Islam harus melakukan dialog intersubjektifitas, yakni dengan mendatangi secara jiwa dan raga umat lain yang berada pada garis kekhawatiran dalam beragama. Selain itu, cara pemahaman dan penguatan nilai-nilai Islam yang sebenarnya harus ditingkatkan agar pemahaman, anggapan dan penilaian yang kurang tepat atau salah dapat di kikis secara perlahan. Di titik inilah peran intelektual Islam khususnya dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah menjadi sangat penting. ( Wahyu Dakwah )

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011 Eibece | High CTR Blogspot Themes designed by Ali Munandar | Powered by Blogger.Com.